Hello !! >

Hi, welcome to my world, enjoy this blog :D

Kamis, 19 Februari 2015

Sedikit Tentang Tere-Liye

Jatuh Cinta pada Buku Pertama.

Buku pertama dari Tere-Liye yang aku baca berjudul “Moga Bunda disayang Allah”. Waktu itu aku masih  SMP, sampul bukunya pun masih berupa sosok anak kecil duduk dikelilingi pohon dengan banyak burung berterbangan di langit. Jujur melihat sampulnya aku tidak begitu tertarik, namun Adila, salah seorang temanku, merekomendasikan buku itu untuk aku baca.


1446506
“Bacano Dep, buku ini bagus banget!” kira-kira seperti itu caranya ‘memaksaku’ membaca novel yang ditodongkannya di depan hidungku.

Maka yang terjadi kemudian adalah aku pinjam buku itu dari perpustakaan dan kubawa pulang.

Don’t judge the book by it’s cover. Kalimat bijak tersebut memang benar. Entah pada titik apa di dalam novel itu kali pertama aku jatuh cinta, dan kubuktikan cinta itu dengan membaca novel itu sampai tuntas dan urut. Tidak loncat-loncat, tidak melewati bagian yang membosankan. Pokoknya TUNTAS.

Tes. Tes. Tes.

Novel itu sukses membuat air mata hangat mengalir meninggalkan sarangnya. Adila benar, novel itu benar-benar bagus. Terimakasih Adila, aku suka. Dan biarlah orang bilang aku cengeng. Memang cengeng. Tapi aku tidak malu untuk menangis karena novel itu. Ah, pokoknya kisahnya benar-benar menyentuh.

Itu buku pertama.

Buku selanjutnya adalah “Hafalan Shalat Delisa”. Masih di SMP. Kali ini judulnya tidak memancingku untuk membaca, bahkan sempat kukira itu semacam buku panduan sholat. Tapi kali ini giliran Ustadzah Erva, guru bahasa Indonesiaku, yang ‘memaksaku’ membacanya.

Reaksi tubuhku masih sama. Air mataku kembali tumpah, berceceran di kasur, tempat favoritku untuk membaca. Tidak hanya terharu, di situ aku juga kagum, Tere-Liye bisa mengambil latar peristiwa nyata yang sangat lekat dengan ingatan seluruh warga Indonesia. Tsunami Aceh. Dari musibah yang mahadahsyat itupun bisa lahir sebuah novel yang menyentuh. Aku hanya merasa novel Tere-Liye sungguh indah.

Sumpah, aku jatuh cinta pada novel Tere-Liye. Dari kelembutan karyanya aku sempat berpikir bahwa Tere-Liye adalah seorang perempuan. Aku memang belum tahu Tere-Liye itu perempuan atau laki-laki, sampai sekian waktu setelahnya ada yang memberitahuku. Ternyata beliau laki-laki. Wow. 

Semangat menulisku sedang sangat baik di SMP, mungkin juga semakin termotivasi dengan novel Tere-Liye yang kubaca. Selama SMP aku juga membaca novel-novel lain selain karya Tere-Liye dan cukup suka dengan novel-novel tersebut. Apa yang membuatku sampai jatuh cinta pada novel Tere-Liye mungkin karena kelembutan kisahnya dan penuturannya yang indah. Yang jelas aku lebih termotivasi untuk nulis cerpen. Pokoknya yang ada di pikiranku hanya tulis apa saja yang ingin aku tulis, nggak peduli hasilnya bagus atau nggak, yang penting ada pesan yang tersampaikan. Dan sempat juga terbersit keinginan kelak ingin punya suami seperti sosok Tere-Liye, yang novelnya membuatku jatuh hati. Lantas kemudian membuat novel duet bersama suami (he he :p). Lupakan.

Novel lain yang latar peristiwanya unik menurutku adalah “Sunset Bersama Rosie”. Bom Bali. Bayangkan, bahkan dari ledakan pun bisa jadi novel! Keren.

Novel Tere-Liye lain yang sudah kubaca adalah:

-          Pukat, serial anak-anak Mamak
-          Amelia, serial anak-anak Mamak
-          Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
-          Rembulan Tenggelam di Wajahmu
-          Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah
-          Negeri Para Bedebah
-          Negeri di Ujung Tanduk
-          Ayahku (bukan) Pembohong
-          Bidadari Bidadari Surga

Satu buku kumpulan sajak yang pernah aku baca adalah :

-          Dikatakan atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta


8343444 3971237137612411016697134144021572133456521317737606
175661441875330422889562


Saking sukanya, aku pernah bercita-cita ingin melengkapi koleksi novel karya Tere-Liye. namun selama ini aku baca hanya dengan cara meminjam teman, bukan beli sendiri. Semoga kelak kalau punya uang banyak cita-cita sederhanaku bisa terwujud (Aamiin..)

Bertemu dengan Tere-Liye.

Kali pertama aku melihat secara langsung sosok di balik novel-novel yang aku baca. Meskipun aku suka novel beliau, namun aku tidak pernah iseng mencari foto Tere-Liye di internet atau media sosial. Maka dari itu aku sangat antusias ketika temanku mengajak ikut seminar yang diadakan Mizan, Rohis di FEB Undip (kalau tidak salah) yang menghadirkan Tere-Liye sebagai pembicaranya. Aku masuk ruangan dengan penasaran, seperti apa sih Tere-Liye itu. Bahkan ketika aku sudah duduk manis di kursi, ketika beliau juga sudah duduk manis di kursi pun aku masih belum ngeh kalau aku sudah seruangan dengan penulis yang novelnya membuatku terpesona.

“Tere-Liyenya mana?” tanyaku pada Atikah, teman yang mengajakku ikut seminar.

“Lah, itu lho Nis, yang duduk di sana.”

Aku melihat ke arah yang ditunjuk Atikah. Mana sih, yang mana sih? Aku mencari-cari.

“Kamu nggak pernah lihat mukanya toh di medsos?” tanya Atikah. Aku menggeleng sambil cengengesan.

“Yah ntar lihat aja yang maju, pasti beliau duduk di depan situ nanti.” Atikah membiarkanku berkutat pada rasa penasaranku.

Jeng jeng jeng.

Sosok dengan mata sipit, wajah agak chinesse, berkulit putih, gaya anak muda dengan topi kupluk yang terpasang modis, menempati kursi yang kata Atikah bakal ditempati oleh Tere-Liye sang novelis.

I-T-U  T-E-R-E  L-I-Y-E  ?

Dalam bayanganku, sosok Tere-Liye akan terlihat seperti Kang Abik-Habiburrahman El-Shirazy yang ‘bapak banget’. Benar-benar unpredictable. Haha, maklum saya juga bukan madame peramal yang bisa membaca bola kristal xp

Mendengarkan Bang Tere berceloteh, berasa sedang membaca novel beliau. Ternyata, bahasa tulisnya Bang Tere memang sama seperti bahasa lisannya, Aku berasumsi. Lucu banget deh pokoknya. Puitis tapi mengalir, seakan tidak dibuat-buat. Berasa seperti Bang Tere sudah terlahir dengan kemampuan menyusun kalimat secara apik.

Dah pokoknya buat temen-temen yang belum pernah baca novelnya Bang Tere-Liye, atau sedang mencari referensi Novel bagus yang mendidik tapi juga indah, baca aja deh salah satu novel yang udah aku tulis di atas. Insya Allah nggak nyesel deh. Selain yang tertulis juga masih banyak kok novel lain karya Tere-Liye yang aku belum baca juga he he.

Buat Bang Tere-Liye bila suatu saat sedang iseng membaca tulisan ini, terima kasih telah menulis novel yang menginspirasiku untuk terus membaca :) dan menulis :) dan menjadi pribadi yang baik :) semoga Bang Tere-Liye terus semangat berkarya untuk kemajuan bangsa. Aamiin...

Doakan aku supaya kelak bisa menjadi penulis keren seperti Bang Tere. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar