Hello !! >

Hi, welcome to my world, enjoy this blog :D

Kamis, 16 Juli 2015

Aku di Lapas Wanita


gambar diambil dari http://www.lapaswanitasemarang.com/

Aku di Lapas Wanita? Ya. Ramadhan tahun ini memang super sekali. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Ramadhan bahkan membawaku ke Lapas! Lembaga Pemasyarakatan Wanita alias penjara. Tempat yang paling tidak ingin aku kunjungi. Tempat yang menurutku paling seram-setelah kuburan dan kamar mayat. Tempat yang-maaf- berisi orang-orang jahat.

Dalam bayanganku, penjara akan terlihat suram dengan nuansa hitam seperti yang ditampilkan di TV. Pun orang-orang di dalamnya, pasti akan berwajah sangar nan seram. Belum lagi penjaganya, pasti badannya kekar dan tatapannya setajam belati. Sekali lagi, ini hanya berdasarkan imajinasiku.

Melalui seorang ustadzah yang aku kenal, Ramadhan mengajakku mengintip secuil kehidupan di sana. Lapas Wanita Semarang. Letaknya di JL. MGR.Sugiya Pranoto No. 59 Semarang, dekat Taman Madukoro. Kalau dari Tugu Muda ambil arah Pasar Bulu, lalu lurus terus sampai bundaran Taman Madukoro, kemudian putar balik. Maka Lapas Wanita ada di sebelah kirimu. Beliau adalah Bu Umi, ustadzah yang akan memberikan sedikit siraman ruhani di Lapas Wanita. Bu Umi adalah ibu dari teman SD-ku, kami sudah sangat dekat selayaknya saudara, dan beliau mengajakku untuk sebuah kebaikan. Siapa yang sanggup menolak kebaikan? Apalagi di penghujung Ramadhan yang sebentar lagi akan pergi meninggalkan sejuta umat. Maka sore itu usai salat ashar, kami berangkat. Perjalanan dari rumah memakan waktu sekitar satu jam naik motor, hingga tibalah kami di sana pukul empat sore.

Pintu gerbang Lapas yang terbuat dari besi atau seng itu tertutup rapat, seperti yang ada di TV. Yang membuatku kagum, di sebelah pintu gerbang terdapat rambu-rambu bagi pengunjung. Rambu-rambu tersebut berisi larangan membawa tas, handphone dan lain sebagainya. Ajaibnya, terdapat tulisan yang kira-kira berbunyi seperti ini: “Dilarang memakai celana atau rok mini” dan “Dilarang memakai baju tanpa lengan”. Catat ini: Rok mini dan baju tanpa lengan! Bahkan di Lapas, tempat yang menampung orang-orang yang sedang menjalani hukuman itu, kesopanan dalam berpakaian benar-benar dijaga. Ini menurutku sangat ajaib!

Ketika Bu Umi mengetuk pintu itu, kotak kecil di pintu tersebut terbuka, dan terlihat kedua mata sang penjaga Lapas. Bertanya maksud kedatangan.

“Saya yang akan mengisi pengajian, Pak.” kira-kira begitulah Bu Umi berkata saat itu.

“Silakan, Bu.” Bapak-bapak penjaga tersebut membukakan pintu gerbang, lalu segera menutupnya kembali begitu kami berada di dalam. Apakah bapak itu seseram imajinasiku? Ternyata tidak. Penampilan beliau rapi dan tegap, seperti pasukan pengibar bendera.

Kemudian seorang petugas wanita memeriksa kami dan menyimpankan tas yang kami bawa di tempat penyimpanan. Setelah dikalungkan co-card bertuliskan “TAMU”, Bu Umi mengajakku menuju aula.

Wah! Di dalam terrnyata cukup asri, kawan. Banyak pepohonan, dan rumah rumah tahanan pun berhias cat bunga-bunga. Tetapi tetap saja aku bergidik ngeri melihat banyaknya tahanan di sana. Perempuan. Ada yang tua, ada ibu-ibu, ada juga yang masih terlihat muda. Bahkan tidak sedikit yang berdandan, terpoles lipstik nan cantik! aku jadi kalah cantik dibanding mereka. Ditambah, semua tahanan memakai rok panjang! Nampaknya itu memang seragam mereka. Sayang sekali aku tidak sempat menanyakan mengapa para tahanan harus memakai rok panjang. Setahuku di Fakultas Kedokteran Undip, mahasiswi diwajibkan memakai rok karena alasan medis, kaitannya dengan kesehatan sistem reproduksi wanita. Entahlah bagaimana dengan aturan di sini.

Dan begitulah, Bu Umi lantas memberikan sedikit tausyiah tentang Metamorfosa. Aku ikut menyimak, duduk di sana satu ruangan dengan sekian banyak tahanan. Hal menarik yang disampaikan Bu Umi saat itu sekaligus menikam jiwaku tanpa ampun. Bu Umi menjelaskan bagaimana seekor ulat bulu yang jelek dan dibenci banyak orang mampu bermetamorfosa menjadi kupu-kupu yang cantik dan disukai kebanyakan orang. Ulat bulu harus melewati fase pupa, di mana ia tidak makan dan minum, lepas dari kenikmatan yang biasa ia dapatkan untuk beberapa waktu.

Beliau mengaitkan hal ini sekaligus dengan dua aspek yaitu penjara dan ramadhan. Allah menegur hambaNya yang khilaf dengan cara dimasukkan ke dalam penjara. Di penjara, para tahanan lepas dari keluarga dan segala urusan dunia, menjalani hukuman untuk beberapa waktu dengan harapan esok tidak akan mengulangi keburukan atau kejahatan yang sama. Sehingga ketika kelak dinyatakan bebas, para tahanan akan mampu menjadi warga negara yang lebih baik.

Pun halnya dengan bulan suci ramadhan. Allah membukakan pintu maaf selebar-lebarnya dan melipatgandakan pahala kebaikan sebanyak-banyaknya, sehingga selepas ramadhan, kita manusia mampu menjadi hamba Allah yang lebih baik dan dekat dengan-Nya.

Ya Allah! Ramadhan hampir saja berakhir dan aku masih saja duduk santai. Apakah dosa-dosaku yang sebegitu banyak sudah Engkau ikhlaskan, Ya Allah? Apakah satu bulan ini sudah kumanfaatkan sebaik-baiknya untuk meraih ridho-Mu, Ya Allah? Apakah diri ini lebih baik di hadapanMu daripada mereka yang selama ini kuanggap sebagai ‘orang jahat’, Ya Allah? Atau justru lebih buruk bagiMu, Ya Allah? Ampuni hamba yang memandang rendah mereka.

Astaghfirullahal’adzim... Astaghfirullahal’adzim... Astaghfirullahal’adzim...

Beberapa jam berada di Lapas membuatku sedikit lebih sadar akan kemurahhatianMu, Ya Allah. Engkau menegur mereka melalui penjara ini, dan Engkau sekaligus menegurku melalui Bu Umi dan pembelajaran hari ini. Terima kasih, Ya Allah. Semoga Engkau mau menerima segala amal dan menghapus segala dosa hambaMu ini Ya Allah.

Aamiin.. aamiin.. aamiin ya rabbal ‘alamin..

Semarang, 15 Juli 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar