Jangan setengah-setengah. Itu kata
orang bijak. Maksimal dan sepenuh hati, mungkin, terkadang bisa kulakukan. Tapi
tidak di semua bidang. Hanya pada bidang tertentu yang aku suka. Sekali lagi,
kuberi penekanan pada kata HANYA. Yah, begitulah selama ini. Untuk urusan
selain itu, cuek bebek. Belajar dengan berimamkan mood. Melangkah sebagai
buntut hal bernama suasana hati. Asal. Aku sadar. Aku pikir itu sah-sah saja. Dengan
alibi ‘fokus pada satu bidang membawa kita pada sukses’. Seenaknya menelantarkan
hal-hal diluar daftar ‘apa yang kusuka untuk dilakukan’.
Sejak aku mengenalnya, prinsip itu sedikit banyak terkikis. Salah seorang temanku, perempuan, tidak perlu kusebut namanya, boleh dikata bagaikan air segar yang menyirami kerongkonganku yang kering. Menyelipkan cahaya dalam gelapku yang sudah-sudah. Apa yang ada pada dirinya sangat istimewa. Bahkan kurasa aku kagum padanya, bukan hanya sekadar senang berteman dengannya.
Sayang sekali satu, kami beda
keyakinan. Tak apalah, semoga itu tidak menjadi penghalang bagiku untuk
mencomot sedikit kebaikan yang ada padanya. Secara tidak langsung, dia
menjadikan aku merasa harus lebih rajin. Hampir selalu-meskipun tidak setiap
saat- semangat seperti menyelimuti tubuhnya. Jarang sekali bermalas-malasan,
dan selalu berkata “Jangan malas dong Dif, semangat!” ketika dia menemukanku
tergeletak lemah tak berdaya di bibir jurang kemalasan yang menganga lebar(catatan:
aku biasa dipanggil Diffie).
Tidak pernah setengah-setengah,
selalu mempersembahkan yang terbaik. Mungkin seperti itulah dia. Terbukti,
ranking tertinggi di kelas berhasil diraihnya. Tanpa impian yang muluk-muluk. Bahkan
dia sedikit menyesal menjadi yang tertinggi di kelas saat ini. Bertahap, kata
dia. Seharusnya jangan ranking satu dulu, susah mempertahankannya. Benar juga
apa katanya. Ah, tidak penting apa reaksinya terhadap pencapaiannya. Yang penting
adalah prosesnya.
Itu dia. Belajar dengan maksimal.
Mengerjakan peer dengan semangat baja. Nggak jarang juga dia menggunakan waktu-waktu
yang ada untuk berdiskusi, seputar pelajaran. Wow. Dan yang terpenting, dia
jujur. Mengerjakan ulangan tanpa perlu memastikan jawaban tersebut benar atau
salah dengan bertanya kepada teman. Ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan semesteran, ujian kenaikan kelas. Sejauh yang kutahu, jujur.
Sedikit banyak aku mulai
tertular. Meskipun belum mewarisi ‘semangat nyaris setiap saat’ yang dimilikinya,
aku akan berusaha. Untuk tidak setengah-setengah lagi. Untuk tidak moody lagi. Untuk
maksimal dalam setiap langkah. Sepertinya. Aamiin.. dengan bantuanMu Ya Allah,
aku pasti bisa!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar