November 2018, Dipi sadar ada benjolan itu bersamaan ketika fisik lagi down dan suara hilang. Posisi umi lagi di luar kota, akhirnya diam-diam periksa ke dokter sendirian terus langsung cerita ke umi. Keluarga belum ada yang tahu kecuali umi.
Kata dokter saat itu "Iya, ada FAM ini." Langsung googling lah apa itu FAM. Dokter juga menyarankan untuk diperiksa lebih lanjut ke dokter spesialis bedah.
Waktu itu belum tahu apakah jinak/ganas atau cuma hormonal. Kalau cuma hormonal, disuruh menunggu 2x menstruasi, siapa tahu hilang. Ternyata tidak hilang saudara saudara.
Faktor lain bisa karena keturunan, atau pola hidup yang kurang sehat, suka makan makanan junkfood/fastfood gitu bisa berpengaruh.
Februari 2019, karena benjolan tidak kunjung hilang, sambil menunggu BPJS Kesehatan selesai diurus juga, akhirnya berangkatlah Dipi untuk periksa lagi. Kali ini sama umi. Periksa pakai BPJS di Faskes Tingkat 1 di Puskesmas Pandanaran, lalu diberikan surat rujukan ke dokter bedah. Karena minta dokter cewek, dirujuklah ke RS Roemani.
Di RS Roemani, Dokter Ivo yg memeriksa langsung menyarankan untuk operasi pengangkatan TMD untuk pemeriksaan lebih lanjut apakah jinak/ganas. Kata dokter, ukuran benjolan TMDnya lumayan besar sebesar bakso. Akhirnya, Dipi mendaftar untuk operasi TMD, tapi karena banyaknya pasien BPJS, Dipi tidak langsung mendapat kamar dan tanggal operasi. Dipi harus sabar menunggu ketersediaan kamar.
Kamar Ayub lantai 2 no. 225 RS Roemani |
Maret 2019, akhirnya Dipi dapat kamar. Setelah maghrib berangkatlah Dipi ke RS Roemani, langsung menuju UGD. Setelah melengkapi berkas, Dipi melakukan serangkaian pemeriksaan. Ada cek tensi, cek darah, cek jantung. Setelah selesai dan menunggu beberapa menit, Dipi akhirnya diarahkan untuk menuju kamar pasien dan menginap di sana.
Saat itu Dipi dikabarkan dapat jadwal operasi esok harinya jam 6 sore, jadi Dipi diharuskan untuk puasa sejak jam 12 siang setelah makan siang.
Keesokan harinya, Dipi dipasangkan infus dan diperiksa lagi oleh Dokter Ivo. Dokter Ivo menandai letak TMD dengan spidol dan memberikan beberapa arahan. Katanya, tenang aja nggak usah takut, soalnya pasien kalau takut biasanya tensinya naik dan malah jadi membahayakan ketika operasi, jadi Dipi mencoba tetap tenang. Selama di sana, secara berkala setiap beberapa jam ada suster yang memeriksa tensi dan mengganti infus bila habis.
Setelah makan siang jam 12, Dipi mulai puasa. Lalu sekitar jam 5 sore, Dipi mulai dibawa ke ruang operasi. Umi cuma boleh mengantar sampai depan pintu operasi saja, selanjutnya Dipi ditemani suster di sana. Dipi langsung dipakaikan baju operasi dan penutup rambut, lalu dipindah ke ranjang operasi dan disuruh menunggu beberapa menit di lorong sambil ditanya tanya oleh dokter.
Sebelum masuk ruang operasi |
Setelah itu Dipi dibawa masuk ke ruang operasi. Ruangannya dingin dan sangat terang. Di atas ranjang ada lampu operasi, di sebelah kanan ada alat untuk monitor detak jantung dan tensi, dan di sebelah kiri ada banyak peralatan yg baru akan dibuka oleh suster. Telunjuk dipasangkan alat ukur detak jantung dan tensi, kemudian tangan dibentangkan dan disangga oleh papan.
Sekitar jam 6 sore, dokter mulai memberi arahan "Ini akan dibius total, akan sakit sedikit ya mbak saat dibius," begitu kata dokternya.
Ada dua tabung anestesi (bius) yg disuntikkan melalui infus, tapi menurutku rasanya bukan sakit melainkan rasa sangat pegal yang menjalar dari tangan ke seluruh tubuh, lalu mulai pusing, dan tiba tiba gelap.
Sekitar satu atau dua jam kemudian Dipi mulai sadar. Ketika sadar kali pertama, Dipi merasa dipindahkan dari ranjang operasi ke ranjang pasien, kemudian Dipi bobok lagi karena pusing. Lalu Dipi bangun lagi sekitar jam 10 malam, posisi sudah berada di ruangan pasien. Sebenarnya sudah boleh makan, tapi karena pusing, akhirnya cuma solat, minum, langsung bobok lagi.
Besoknya ternyata langsung boleh pulang. Setelah menunggu obat, ganti perban, lepas infus, dll sekitar siang menjelang sore Dipi langsung pulang dan istirahat di rumah.
Hasil pemeriksaan TMD baru keluar seminggu kemudian bersamaan dengan jadwal kontrol, dan alhamdulillah hasilnya jinak/tidak berbahaya.
Begitu ceritanya teman-teman. Ternyata operasi pengangkatan TMD tidak terlalu seram. Mungkin di antara teman teman ada juga yang mengalami hal yang sama seperti Dipi tapi malu atau takut untuk periksa ke dokter. Tidak perlu malu/takut ya, lebih cepat ditangani lebih baik :) Semoga teman teman sehat selalu :)
Note: Soal biaya, mulai dari pemeriksaan, operasi, sampai obat sudah tercover 100% oleh BPJS Kesehatan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar